Beranda | Artikel
Mukadimah al-Qaul as-Sadid (bagian 1)
Minggu, 23 Juni 2019

Oleh : Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah

Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya, dan memohon ampunan serta bertaubat kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari keburukan diri-diri kami dan dari kejelekan amal-amal kami.

Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan maka tidak ada yang bisa memberi petunjuk kepadanya. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku pun bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Adapun sesudah itu. Sesungguhnya kami telah menyusun sebuah [buku] berisi catatan ringkas mengenai kandungan judul-judul bab di dalam Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab -semoga Allah menyucikan ruhnya- maka muncullah padanya kemanfaatan dan faidah bagi para pengkaji serta cukup membantu bagi para pengajar disebabkan perincian-perincian yang bermanfaat dan penjelasan yang cukup gamblang di dalamnya.

Buku tersebut telah dicetak oleh penerbit al-Imam lalu habis cetakannya bersamaan dengan banyaknya permintaan. Selain itu kebutuhan yang sangat besar menuntut untuk kembali mencetak dan menyebarkannya. Dan pada kesempatan ini tampak bagiku untuk memberikan pengantar sebelum membahas materi pokoknya dengan sebuah mukadimah ringkas yang mencakup gambaran secara umum mengenai keyakinan Ahlus Sunnah dalam perkara ushul/pokok dan pengikut-pengikutnya, maka aku katakan seraya memohon pertolongan kepada Allah :

Yang demikian itu -bahwa telah menjadi sebuah ketetapan di dalam keyakinan Ahlus Sunnah- sesungguhnya mereka mengimani Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta mengimani takdir yang baik dan yang buruk.

Mereka pun menyaksikan bahwasanya Allah lah Rabb/pemelihara dan pengatur, Allah lah Ilah/sesembahan yang pantas disembah, dan Allah lah yang mahaesa dalam segala sifat kesempurnaan, oleh karena itu mereka -Ahlus Sunnah- beribadah hanya kepada-Nya dengan berusaha terus memurnikan agama/amal untuk-Nya.

Mereka -Ahlus Sunnah- mengatakan bahwa Allah lah yang menciptakan dan mengadakan serta membentuk rupa -segala sesuatu- dan Dia lah yang mahamemberi rizki lagi mahamemberi sekaligus yang bisa menahan -pemberian itu- dan Allah semata yang mengatur segala urusan.  

Mereka juga meyakini bahwa Allah yang pantas disembah dan diibadahi yang harus diesakan untuk-Nya segala amalan dan dijadikan satu-satunya tujuan penghambaan. Dan bahwasanya Allah al-Awwal/mahapertama, yang tidak ada sebelum Allah sesuatu pun. Mereka juga meyakini bahwa Allah al-Akhir/mahaterakhir, yang tidak ada sesudah-Nya sesuatu apapun. Allah azh-Zhahir/yang mahatampak, yang tidak ada di atas-Nya sesuatu pun yang mengalahkan. Allah al-Bathin/yang mahaterdalam, yang tidak tersembunyi di balik-Nya sesuatu apapun.

Mereka juga meyakini bahwa Allah al-’Aliy/mahatinggi dan al-A’la/yang paling tinggi dengan segala pemaknaan dan pertimbangan; baik itu ketinggian dzat, ketinggian kedudukan, maupun ketinggian kekuasaan dalam mengalahkan.

Mereka juga meyakini bahwa Allah di atas Arsy ber-istiwa’/menetap tinggi di atasnya; dengan tata-cara yang sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya. Bersamaan dengan ketinggian Allah yang mutlak dan keberadaan-Nya di atas -segala sesuatu- maka ilmu Allah itu meliputi segala hal yang lahir maupun batin; baik di alam atas/langit maupun di alam bawah/bumi. Allah bersama para hamba dengan segenap ilmu-Nya; yaitu Allah mahamengetahui segala keadaan mereka, dan Dia Mahadekat lagi Mahamengabulkan permintaan hamba-Nya.

Mereka juga meyakini bahwa Allah mahakaya bersama dengan Dzat-Nya; artinya Allah tidak membutuhkan seluruh makhluk-Nya sedangkan mereka justru yang sangat membutuhkan kepada-Nya baik dalam hal keberadaan dirinya ataupun dalam hal pengadaan apa-apa yang mereka butuhkan dalam setiap waktu. Tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan Allah walaupun sekejap mata. Allah pula yang mahapengasih lagi mahapenyayang. Tidak ada sedikit pun kenikmatan agama atau kenikmatan dunia atau tersingkirnya bencana dari para hamba melainkan itu adalah dari pertolongan Allah kepadanya; maka Dia lah yang mendatangkan segala nikmat dan karunia serta yang mampu menepis segala bentuk bencana dan malapetaka.

Keterangan Tambahan :

Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam. Salawat dan salam semoga terlimpah kepada nabi kita Muhammad, para sahabatnya, dan segenap pengikut setia mereka. Amma ba’du.

Tidaklah diragukan mengenai pentingnya mempelajari aqidah Islam. Sebab ia merupakan pondasi agama dan kewajiban yang terbesar di dalam Islam. Aqidah tauhid merupakan keyakinan yang menetapkan pondasi agama seorang muslim. Dengan aqidah inilah dia beribadah kepada Rabbnya, dan dengan aqidah ini pula dia mewujudkan tujuan hidupnya.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah seorang ulama pembaharu Islam yang meninggal pada tahun 1206 H; seorang ulama besar pembela aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah; yaitu aqidah yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Beliau telah menulis sebuah buku khusus yang membeberkan pokok-pokok pelajaran aqidah tauhid dengan judul ‘Kitabut Tauhid alladzi huwa haqqullahi ‘alal ‘abiid’ artinya buku tentang tauhid yang itu menjadi hak Allah atas segenap hamba. Dari judul ini kita bisa menebak betapa mulia kandungan kitab ini. Sebab ia akan membeberkan apa saja hak-hak Allah yang wajib ditunaikan hamba kepada Rabbnya. Dan hak Allah yang paling agung itu adalah keesaan-Nya dalam hal ibadah. Sehingga setiap insan wajib beribadah kepada Allah dan meninggalkan segala bentuk sesembahan selain-Nya. Inilah tauhid.

Kitab Tauhid ini mendapatkan sambutan yang sangat hangat dan penghargaan yang sangat tinggi dari para ulama. Bahkan dikatakan bahwa tidak ada kitab lain -yang ditulis manusia- yang menyerupai keindahan dan keelokan kitab ini dalam bidang ilmu tauhid. Karena di dalam kitab ini telah dipadukan berbagai macam dalil dan keterangan mengenai tauhid dan aqidah dengan sistematika dan bentuk yang sangat bagus dan teratur sehingga akan memudahkan pembaca dalam memahami hakikat tauhid dan aqidah Islam yang wajib diyakini oleh segenap penganut ajaran Islam.

Para ulama sesudah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab pun mengakui tentang kedudukan dan keelokan kitab ini dan mereka terus mengkaji kandungan dan faidah yang tersimpan di dalamnya. Diantara para ulama yang memberikan perhatian besar terhadap kitab ini -dalam bentuk syarah/keterangan dan penjelasan- adalah cucu beliau yaitu Syaikh Sulaiman bin Abdullah dengan kitabnya yang berjudul ‘Taisir al-’Aziz al-Hamid fi Syarhi Kitabit Tauhid’. Kemudian diikuti oleh cucu beliau yang lain yaitu Syaikh Abdurrahman bin Hasan dengan kitabnya ‘Fathul Majid bi Syarhi Kitabit Tauhid’, semoga Allah merahmati mereka berdua.

Dan diantara para ulama masa kini yang memberikan perhatian besar terhadap kandungan Kitab Tauhid ini adalah Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin, dan diikuti oleh Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan dan Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu Syaikh; semoga Allah merahmati mereka yang sudah meninggal dan menjaga mereka yang masih hidup. 

Sungguh sebuah kenikmatan yang sangat besar ketika seorang penimba ilmu dan pemuda muslim di masa kini diberikan taufik oleh Allah untuk mengenal dan mendalami kandungan kitab yang sangat penting ini. Hal itu tidak lain karena di dalamnya termuat ayat-ayat Allah, hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta petunjuk dan nasihat dari para ulama terdahulu. Kitab ini diserupakan oleh para ulama dengan kitab Sahih Bukhari dalam hal penyusunannya; dimana di dalam kitab ini penulis menyebutkan judul bab kemudian diikuti dengan dalilnya dari al-Qur’an maupun as-Sunnah. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa yang dijadikan pedoman dalam beragama ialah al-Kitab dan as-Sunnah, bukan perasaan, hawa nafsu atau pemikiran manusia.

Guru kami Ustaz Abu ‘Isa Abdullah bin Sallam -semoga Allah menjaga beliau dan memberkahi umurnya- telah menulis sebuah buku khusus yang menjelaskan dan merangkum kandungan Kitab Tauhid ini dengan judul ‘Mutiara Faidah Kitab Tauhid’ yang diterbitkan oleh Pustaka Muslim Yogyakarta – Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari. Beliau pun telah mengupas pelajaran dan faidah dari Kitab Tauhid ini dalam kegiatan daurah ilmiah yang bertajuk Penataran Tauhid untuk Umum (PENTIUM) 100 Jam. Kegiatan daurah ini berlangsung selama kurang lebih 3 pekan bertempat di Masjid Pogung Raya (MPR) Sinduadi Mlati Sleman, sebelah utara Kampus UGM.

Dan diantara buku penjelasan Kitab Tauhid yang ringkas dan ilmiah adalah sebuah buku karya seorang ustaz senior dan da’i Ahlus Sunnah di negeri ini yaitu al-Ustaz al-Fadhil Yazid bin Abdul Qodir Jawas -semoga Allah menjaga beliau dan memberkahi hidupnya- dengan judul ‘Syarah Kitab Tauhid’.

Diantara penjelasan para ulama besar terhadap Kitab Tauhid ini adalah kitab ringkas karya Syaikh Abdurahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah yang berjudul al-Qaul as-Sadid fi Maqashid at-Tauhid. Kitab ini memuat penjelasan mengenai kandungan dari setiap bab di dalam Kitab Tauhid secara ringkas dan padat. Kitab ini seolah berupaya untuk menuntun para penimba ilmu agar memahami maksud-maksud pokok dari bab-bab yang ada di dalam Kitab Tauhid. Dan diantara yang kami ingat dari pelajaran bersama Ustaz Abu ‘Isa hafizhahullah adalah beliau pernah atau sering membacakan keterangan dari kitab al-Qaul as-Sadid ini di sela-sela kajiannya. Setidaknya ini memberikan faidah tentang pentingnya kandungan kitab ini bagi para pencari ilmu agama.

Dan diantara keistimewaan kitab ini adalah mukadimah yang beliau tulis di bagian awalnya. Dan sebagaimana beliau paparkan sendiri bahwa mukadimah ini beliau tulis setelah selesai menyusun isi kitab ini. Dan hal itu menunjukkan betapa luasnya ilmu beliau dan betapa besar kasih sayangnya kepada umat ini; sehingga menuntut beliau untuk merangkum sekian banyak faidah dan pelajaran aqidah dalam sebuah mukadimah ilmiah yang ringkas dan sarat manfaat insya Allah.

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa pelajaran aqidah bukanlah semata-mata wawasan. Akan tetapi aqidah yang dimaksud adalah aqidah yang membuahkan amal dan akhlak mulia. Sebagaimana yang dinasihatkan oleh Hasan al-Bashri rahimahullah -seorang ulama tabi’in- bahwa iman bukanlah dengan angan-angan atau sekedar memperindah penampilan. Akan tetapi iman itu adalah apa-apa yang bersemayam di dalam hati dan dibuktikan dengan amal-amal perbuatan. Dari sini pula kita mengetahui bahwa sesungguhnya pelajaran aqidah itu tercakup dalam kategori adab kepada Allah dan rasul-Nya; sebuah adab dan akhlak utama yang menjadi pondasi ibadah kepada Allah.  

Para ulama terdahulu pun telah menyusun kitab aqidah dengan berbagai bentuk dan pembahasan. Ada diantara mereka yang menulis kitab aqidah dengan sebutan Kitabul Iman sebagaimana bisa kita lihat dalam kitab-kitab hadits semacam Sahih Bukhari atau Sahih Muslim. Ada pula yang menulis kitab aqidah dengan sebutan Kitab Tauhid seperti Kitab Tauhid karya Imam Ibnu Khuzaimah. Ada pula yang menyusun kitab aqidah dengan sebutan Ushul as-Sunnah seperti Imam Ahmad. Ada pula yang menyusun kitab aqidah dengan sebutan asy-Syari’ah seperti Imam al-Ajurri. Ada pula yang menyusun kitab aqidah dengan sebutan I’tiqad seperti Imam Ibnu Qudamah dengan kitabnya Lum’atul I’tiqad. Ini semua memberikan pelajaran kepada kita mengenai besarnya perhatian para ulama terdahulu terhadap ilmu aqidah dan usaha keras mereka dalam menjelaskannya kepada manusia.

Diantara karya ulama masa kini dalam hal aqidah terutama pembahasan kandungan rukun iman adalah Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah dengan kitabnya al-Irsyad ila Shahih al-I’tiqad dan juga guru beliau yaitu Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin rahimahullah dalam kitabnya Syarh ‘Aqidah Ahlis Sunnah wal Jama’ah. Kemudian, diantara tulisan yang sarat faidah dan ilmu adalah karya Syaikh Abdul Muhsin al-’Abbad hafizhahullah dengan kitabnya Syarh Hadits Jibril fi Ta’lim ad-Dien; di dalam buku ini beliau menerangkan kandungan hadits Jibril yang menguraikan masalah rukun iman, rukun islam, dan ihsan.

Kemudian diantara karya ulama dalam ilmu aqidah yang juga penting untuk dibaca oleh para pencari ilmu adalah kitab mungil Min Ma’alim at-Tauhid karya Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah yang merangkum intisari pelajaran tauhid secara ringkas dan komprehensif. Selain itu para pencari ilmu juga akan menemukan pembahasan penting dan bermanfaat mengenai kandungan makna kalimat tauhid dengan membaca kitab Syarh Tafsir Kalimat Tauhid karya Syaikh Shalih al-Fauzan bersama penjelasan beliau yang lain semacam Min Ushuli ‘Aqidati Ahlis Sunnah wal Jama’ah.

Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah juga menulis kitab aqidah secara ringkas yang berjudul Mujmal ‘Aqidati as-Salaf ash-Shalih. Beliau juga menulis pembahasan berharga mengenai makna dan konsekuensi kalimat laa ilaha illallah serta pengaruhnya terhadap perbaikan individu dan masyarakat dalam kitabnya Ma’na laa ilaha illallah wa muqtadhaha wa atsaruha fil fardi wal mujtama’ yang diberi kata pengantar oleh Syaikh Abdullah bin Abdul Muhsin at-Turki; rektor Universitas Islam Imam Muhammad bin Su’ud (Jami’ah al-Imam) pada saat itu.

Diantara pembahasan yang sangat bermanfaat tentang ilmu aqidah secara umum adalah apa yang ditulis oleh Syaikh Abdul Muhsin al-’Abbad hafizhahullah dalam kitabnya Min Kunuz al-Qur’an al-Karim dalam pembahasan tafsir surat al-Fatihah. Beliau -Syaikh Abdul Muhsin al-’Abbad- juga menulis kitab Qathful Jana ad-Dani Syarh Muqaddimah Risalah Ibnu Abi Zaid al-Qairawani; penjelasan terhadap pokok-pokok aqidah Islam yang ditulis oleh Imam Ibnu Abi Zaid al-Qairawani rahimahullah; seorang ulama besar pengikut madzhab Imam Malik dalam hal fikih. Di dalam mukadimah kitabnya, Syaikh Abdul Muhsin memberikan faidah penting bahwasanya aqidah para imam seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad rahimahumullah adalah sebagaimana aqidahnya salafus shalih yaitu para sahabat dan pengikut mereka.   

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah adalah seorang ulama besar yang menguasai berbagai bidang ilmu. Beliau seorang pakar dalam bidang tafsir, ushul fikih, fikih, ahli fatwa dan beliau juga ahli dalam bidang aqidah dan penyucian jiwa. Di dalam mukadimah Manzhumah Qawa’id Fiqhiyah-nya, Syaikh as-Sa’di menyebutkan tanda ilmu yang bermanfaat; bahwa ilmu yang bermanfaat itu adalah yang bisa melenyapkan dari dalam hati penyakit syubhat dan syahwat. Sebab syubhat itu akan menyebarkan keragu-raguan dalam aqidah sedangkan syahwat akan mengotori dan mengeraskan hati serta melemahkan badan dalam melakukan berbagai bentuk ketaatan.

Dengan demikian ilmu yang bermanfaat adalah yang membuahkan keyakinan dan iman yang seutuhnya. Dengan itulah akan muncul amal-amal salih. Semakin dalam orang mendapatkan ilmu yang bermanfaat itu maka semakin kuat pula keyakinan dan keinginannya dalam menunaikan kebaikan. Dan tidaklah sempurna kebahagiaan seorang hamba kecuali dengan berpadunya kedua hal tadi; kesempurnaan keyakinan dan kebulatan tekad dalam kebaikan. Hal ini sebagaimana telah diisyaratkan dalam ayat Allah (yang artinya), “Dan Kami jadikan diantara mereka itu para pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami; ketika mereka bersabar dan mereka itu senantiasa meyakini ayat-ayat Kami.” (as-Sajdah : 24) (lihat Ta’liqat Bahiyah, hlm. 19)

Diantara kitab Syaikh as-Sa’di yang sarat manfaat adalah kitab beliau Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir al-Kalam al-Mannan yang berisi tafsir al-Qur’an dari awal sampai akhir. Kitab ini dipuji oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin sebagai kitab yang menempuh manhaj salaf dalam hal penetapan sifat-sifat Allah. Kitab ini juga memuat istinbath/penarikan kesimpulan dari dalil yang sangat teliti sehingga membuahkan banyak faidah, hukum, dan hikmah. Bahkan kitab tafsir ini juga mengandung pembinaan akhlak mulia. Sehingga kitab ini menjadi sebuah kitab tafsir sekaligus tarbiyah. Oleh sebab itu kami jumpai para guru kami terdahulu sangat bersemangat untuk membahas kandungan kitab tafsir ini dalam majelis-majelis mereka, semoga Allah merahmati mereka. 

Syaikh Abdurrazzaq al-Badr telah menyusun buku khusus -sebagai risalah magister- dengan judul Syaikh Abdurrahman ibn Sa’di wa Juhuduhu fi Taudhih al-’Aqidah. Buku ini berisi sejarah hidup Syaikh as-Sa’di dan perjuangan beliau dalam menjelaskan aqidah Islam. Buku ini beliau susun di bawah pengawasan musyrif/pembimbing tesisnya Syaikh Ali bin Nashir Faqihi dan telah diuji oleh dua orang ulama yaitu Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan dan Syaikh Abdullah bin Muhammad al-Ghunaiman. Perlu diketahui bahwa Syaikh Ali bin Nashir Faqihi juga merupakan dosen pembimbing Ustaz Ali Musri hafizhahullah yang pernah menjabat sebagai rektor STDI Imam Syafi’i Jember. Semoga Allah menjaga dan merahmati para ulama dan da’i Ahlus Sunnah di segala penjuru.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah wafat pada tahun 1376 H. Syaikh Abdurrazaaq memaparkan, “Sungguh beliau rahimahullah telah mencurahkan hidupnya dan menadzarkan waktu-waktunya untuk berkhidmat dalam -menyebarkan- ilmu…” Beliau juga mengungkapkan, “Sungguh Allah telah memberkahi pada diri beliau, pada waktu-waktunya, dan membuahkan manfaat dengan keberadaannya. Banyak sekali orang yang memetik faidah dari beliau pada masa hidupnya. Dan mereka terus bisa menggali manfaat melalui karya-karyanya setelah beliau meninggal…” Syaikh Abdurrazzaq juga menuturkan, “Beliau rahimahullah juga seorang ulama yang sangat perhatian dalam hal aqidah Islam sebagaimana itu menjadi karakter para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah….” Syaikh Abdurrazzaq juga mengatakan, “Kitab beliau Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalamil Mannan terhitung sebagai referensi yang sangat penting dalam menjelaskan dan menerangkan aqidah dan membantah orang-orang yang menyimpang darinya.” (lihat kitab Syaikh Abdurrahman ibn Sa’di wa Juhuduhu fi Taudhih al-’Aqidah, hlm. 9 karya Syaikh Abdurrazzaq al-Badr)

Demikian sedikit catatan yang bisa kami susun dalam kesempatan ini atas kemudahan yang Allah berikan kepada kami. Semoga apa yang kami tulis bermanfaat bagi kami dan segenap pembaca, dan menjadikannya sebagai hujjah yang membela kita, bukan hujjah yang menjatuhkan kita. Sebagaimana kami juga berdoa kepada Allah semoga anda diberkahi dimana pun anda berada.

Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam. Salawat dan salam semoga terlimpah kepada nabi kita Muhammad, para sahabatnya, dan segenap pengikut mereka yang setia.


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/mukadimah-al-qaul-as-sadid-bagian-1/